Nabi Muhammad hijrah dari mekah dan tiba di Madinah pada hari Senin, 27 September 622 Masehi. Pengikut Nabi yang hijrah dari Mekah disebut Kaum Muhajirin yang artinya orang yang berpindah, dan pengikut Nabi yang berasal dari Madinah disebut Kaum Anshor yang artinya para penolong. Di madinah nabi muhammad menyebarkan Agama Islam dengan pesat. Wahyu mengajarkan kewajiban mengeluarkan zakat dan berpuasa di bulan Ramadhan, serta berbagai aturan secara umum mengenai sesuatu yang halal dan haram. Sholat 5 waktu secara teratur didirikan secara berjamaah. Ketika waktu sholat tiba, Masyarakat akan berkumpul di tempat masjid yang dibangun. Masing masing menentukan waktu dengan melihat posisi matahari. Namun, pendapat mereka berbeda-beda. Maka, Nabi merasa perlu adanya suatu cara memanggil masyarakat untuk Shalat ketika wakunya tiba.
Pada mulanya, beliau berpikir untuk menunjuk seseorang untuk meniupkan terompet ketika waktu sholat tiba, seperti yang dilakukan kaum Yahudi. Tetapi, beliau memutuskan untuk menggunakan genta yang terbuat dari kayu, Naqus, seperti yang dilakukan umat Kristen di Timur pada waktu itu. Maka, 2 lembar kayu dibentuk genta untuk kegunaan itu. Namun, genta itu akhirnya tidak pernah digunakan. Karena pada suatu malam, seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Zaid, bermimpi. Keesokan harinya ia menceritakan mimpinya kepada Nabi.
Dalam mimpi itu ada seseorang lewat didepanku mengenakan dua baju berwarna hijau dan dia membawa naqus.
Lalu aku bertanya kepadanya, “ Hai hamba Alloh, maukah kau menjual naqus itu kepadaku?”
“Apa yang akan engkau lakukan dengan Naqus ini?” Ujar lelaku itu.
“Ia akan kami gunakan untuk memanggil orang orang untuk mendirikan sholat,” Jawabku.
“Maukah kau bila kutunjukkan satu cara yang lebih baik?”, tanyanya.
“Cara apa itu?” Tanyaku
Dan ia menjawab, “Hendaknya engkau mengucapkan,
(٢x) اَللهُ اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ
Kemudian diikuti dengan masing masing dua kali ucapan,
(٢x) أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ
(٢x) اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
(٢x) حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ
(٢x) حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ
Kemudian sekali lagi
(١x) اَللهُ اَكْبَرُ ،اَللهُ اَكْبَرُ
(١x) لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ
Nabi menegaskan bahwa mimpi Abdullah itu benar. Maka, beliau menyuruh dia pergi ke Bilal – sahabat yang memiliki suara merdu – agar ucapan yang didengar dalam mimpimnya itu diajarkan kepadanya. Rumah yang digunakan untuk melantunkan adzan pertama Bilal adalah rumah tertinggi disekitar masjid, milik wanita Bani Najjar. Sebelum subuh, Bilal datang kesana dan duduk di atap rumah itu, menunggu fajar menyingsing. Ketika semburat cahaya pagi pertama terbit di ufuk timur, ia akan mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
“Ya Alloh, aku memujimu dan aku memohon bantuan-Mu terhadap Quraisy, agar mereka mau menerima agama-Mu.” Kemudian ia berdiri dan menyerukan panggilan Sholat (Adzan).