
Pertanyaan ini sangat sederhana, tapi butuh penjelasan yang extra untuk menjawabnya. Dengan mempelajari dan mengutip beberapa artikel yang pernah dibaca, saya mencoba memaparkan alasan-alasan mengapa pesawat bisa terbang.

Suatu pernyataan da Vinci yang begitu visioner adalah metode separasi. Sekitar 1500 tahun yang lalu da Vinci telah mengemukakan bahwa untuk bisa terbang cukuplah dilakukan dengan sayap tetap dan memberinya gaya dorong. Hal ini didasari dari hasil pengamatannya dari teknik burung untuk terbang. Menurutnya, sayap burung terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi masing-masing. Bagian pangkal sayap burung yang relatif tetap (fixed) berfungsi membangkitkan gaya angkat. Sedangkan bagian ujung sayap burung berfungsi untuk mengepak dan membangkitkan gaya dorong. Separasi gaya menjadi gaya angkat dan gaya dorong inilah yang sampai sekarang dipakai untuk menciptakan mesin terbang.
Lalu bagaimana pesawat udara dapat terbang?
Pada dasarnya, sayap lah yang memberi gaya angkat yang dibutuhkan untuk terbang, sedangkan engine hanya memberi gaya dorong (thrust) untuk bengerak maju. Jadi, kesimpulan mudahnya adalah bahwa pesawat udara (bukan pesawat antarikasa) dapat terbang karena memiliki sayap.
Ada 4 gaya yang bekerja pada pesawat udara selama penerbangan yaitu Gaya angkat ( LIFT) atau gaya keatas, Gaya berat ( WEIGHT ) atau gaya kebawah, selanjutnya Gaya maju ( THRUST ) serta Gaya kebelakang ( DRAG ). Dua gaya berikut dapat mudah dipahami. Gaya berat ( WEIGHT ) bekerja menarik benda kembali ke bumi, sebagai contoh apabila kita melemparkan batu ke atas maka akan jatuh. Selanjutnya apabila kita mengendarai sepeda, maka terasa hambatan dari depan.
Perhatikan gambar berikut :

Gaya lain yang bekerja pada pesawat selama diudara yaitu LIFT dan THRUST yang keduanya merupakan kunci untuk penerbangan. Gaya-gaya tersebut oleh para perancang pesawat diperhitungkan untuk mengatasi DRAG dan WEIGHT. Gaya-gaya lain yang bekerja untuk menjaga agar pesawat tetap berada di udara yaitu THRUST. Gaya ini menarik pesawat kearah depan, biasanya gaya ini diperoleh dari putaran baling-baling ( PROPELLER ) mesin atau dorongan mesin jet. Gaya maju ( THRUST ) dan gaya angkat ( LIFT ) akan bekerja bersamaan untuk menarik pesawat kearah depan dan meninggalkan darat.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana gaya angkat (lift) dapat terbangkit di sayap? Secara mudah dapat dijelaskan bahwa gaya angkat terbangkitkan karena ada perbedaan tekanan di permukaan atas dan permukaan bawah sayap. Penjelasan tentang mengapa bisa terjadi perbedaan tekanan dapat dijelaskan dengan 2 macam teori, yaitu asas Bernoulli dan hukum III Newton. Kedua Teori tersebut memiliki perbedaan konsep, untuk lebih jelasnya dapat anda baca di bawah :
Asas Bernoulli
Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang lebih tajam dari pada bagian depan, dan sisi bagian atas yang lebih melengkung dari pada sisi bagian bawahnya. Gambar di bawah adalah bentuk penampang sayap yang disebut dengan aerofoil.

Garis arus pada sisi bagaian atas lebih rapat daripada sisi bagian bawahnya, yang berarti laju aliran udara pada sisi bagian atas pesawat (v2) lebih besar daripada sisi bagian bawah sayap (v1).
Menurut hukum Bernoulli udara diatas dan dibawah sayap bergerak dengan kecepatan berbeda dan menghasilkan perbedaan tekanan.
Tekanan pada sisi bagian atas pesawat (p2) lebih kecil daripada sisi bagian bawah pesawat (p1) karena laju udara lebih besar, sehingga menimbulkan lift.
TAPI...apa iya,aliran udara di atasa dan di bawah harus bertemu pada saat yang sama? tidak harus bukan...dan inilah yang memebutuhkan buat kita sebuah wacana yang lebih luas lagi, efek bernoulli memang bukan segala-galanya dalam membuat pesawat bisa terbang, tetapi ia tidak bisa diabaikan.
Hukum III Newton
Dalam sumber yang lain juga dikatakan bahwa pesawat bisa terbang tidak lain dikarena suatu gaya yang saling aksi dan bereaksi, dengan kata lain, pesawat terbang itu merupakan aplikasi dari Hukum III Newton tentang Gerak bukan Prinsip Bernaulli, di mana suatu benda jika diberi gaya aksi maka akan melawan dengan gaya reaksi. dalam hal ini gaya aksi yaitu gerak (tekanan) udara yang berasal dari permukaan airfoil (bentuk sayap) bagian atas yang menekan airfoil ke bagian bawah dengan tekanan Beribu-ribu ton udara, sehingga karena pada bagian bawah airfoil tertekan oleh ribuan ton udara dari atas airfoil maka secara matematis (dari Hukum III Newton) bagian bawah airfoil tersebut harus melawan tekanan dari atas airfoil tersebut. dan tekanan dari bawah inilah (gaya reaksi) yang menyebabkan pesawat bisa terbang, dan selanjutnya di sebut gaya lift……..
Dapat dinyatakan dengan cara lain bahwa aliran massa udara di bagian atas sayap yang terbelokkan ke arah bawah-belakang sayap seturut efek coanda telah memberikan gaya (aksi) pada aliran massa udara di bagian belakang-bawah sayap tersebut. Juga, akibat efek coanda, permukaan atas sayap pun telah memberikan gaya (aksi) pada massa udara yang dibelokkannya tadi. Akibatnya, sayap akan mendapatkan gaya angkat dan pesawat dapat terbang.
Kedua Teori diatas sering sekali menjadi bahan perdebatan. Lalu, menurut Anda, Teori apa yang paling sesuai untuk menjelaskan bagaimana pesawat bisa terbang?
Reference :
http://aeroblog.wordpress.com/2006/12/06/bagaimana-pesawat-udara-bisa-terbang/
http://www.mail-archive.com/fisika_indonesia@yahoogroups.com/msg00251.html
http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/06/03/mengapa-pesawat-bisa-terbang/
http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=270&fname=materi1.html
http://www.learning-to-fly.com/aviation-history-timeline.html
menurut pendapatku,,hmm lebih dekat ke asas bernoulli,,ketika kecepatan udara pada bagian atas lebih tinggi daripada kecepatan udara dibagian bawah, maka diukuti pula dengan tekanan udara pada bagian atas lebih kecil dari tekanan udara pada bagian bawah aerofoil..sehingga sayap pesawat akan terangkat,,seperti pada matkul fluida sering dijumpai, ketika velocity udara naik,maka tekanan akan turun
ReplyDeleteTerima kasih Pak Satrio atas pendapatnya.. Tapi,
ReplyDeleteKenapa kecepatan di atas sayap bisa tinggi? Apakah iya, udara yang terpisah harus bertemu di bagian ujung sayap? Adakah literatur yang menyatakan demikian? ne pertanyaan juga pernah muncul di diskusi orang...
Tapi ane belum dapet jawabannya..
terima kasih ilmunya, saya juga akan menyumbangkan sesuatu, secara pengalaman dan logis, dari teori dan diskusi, dinyatakan bahwa jika tekanan udara di atas suat benda tertentu lebih besar daripada di bawah, maka yang terjadi adalah benda itu akan turun karena udara di atas akan menekan benda itu ke bawah. begitu pula sebaliknya. sifat itulah yang pada dasarnya ada pada pesawat terbang. namun,hal itu bukan menyebabkan pesawat terbang.hal itu hanya arah mana yang ditempuh oleh pesawat saja. mengenai pesawat bisa terbang atau tidak, tergantung pada kekuatan daya dorong pesawat tersebut ke depan atau ke atas.
ReplyDelete